Pura Goa gajah ubud

goa-gajah-klungkung-bali



Goa Gajah, Peninggalan Sejarah Hindu dan Budha


Goa Gajah adalah sebuah tempat wisata dengan nilai sejarah dan spiritual yang terletak di Desa Bedulu Village, Kecamatan Blahbatu, Kabupaten Gianyar. Kawasan goa kuno ini berjarak sekitar 27 km dari pusat kota Denpasar. Kata “Goa Gajah” dipercaya berasal dari sebuah kata yang muncul di dalam kitab Negarakertagama, “Lwa Gajah.” Goa ini dibangun sekitar abada ke 11 masehi saat Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten sedang bertahta. Tempat ini dulunya digunakan oleh beliau untuk bertapa. Selain itu ada pula tujuh kolam suci dengan tujuh patung bidadari yang memancarkan air di sekitar gua. Patung-patung ini adalah simbol dari tujuh sungai suci tempat lahirnya agama Hindu dan Budha yang ada di India. Memang banyak benda-benda penginggalan sejarah yang dapat ditemukan di kompleks tempat suci ini.
Kawasan tempat suci ini dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, sebuah kompleks bangunan suci Hindu yang dibangun sekitar abad ke 10 masehi. Selanjutnya, bangunan suci Hindu berbentuk pura-pura kecil atau disebut juga “pelinggih” yang dibangun setelahnya. Lalu bagian terakhir adalah bangunan peninggalan Budha yang kira-kira dibangun sekitar abada ke 8 atau bersamaan dengan waktu dibangunnya Candi Borobudur di Jawa Tengah.
Di dalam gua bagian timur, terdapat tiga Lingga Besar yang bediri di dalam ceruk. Sedangkan di bagian barat terdapat arca Ganesha. Kemudian di bagian tengah akhir atau “keluwan” dari gua terdapat tiga Lingga lagi sebagai lambang Siwa, atau Sang Hyang Tri Purusa. Sementara itu di bagian depan gua atau “teben” terdapat sebuah patung Ganesha yang merupakan anak dari Siwa. Ganesha adalah dewa dengan tubuh manusia dan kepala gajah yang merupakan anak dari Siwa dan Parwati. Keberadaan patung inilah yang diperkirakan asal mula nama “Goa Gajah.”
goa gajah klungkung bali
pura goa gajah
berkunjung ke goa gajah
buddha ruins di goa gajah
Ganesha dalam kepercayaan Hindu adalah Dewa “Wighna-ghna” dan “Winayaka.” “Wighna” berarti halangan atau rintangan. Dengan memuja Tuhan God in the dengan manifestasi Ganesha, manusia berharap agar senantiasa diberikan tuntunan spiritual dan lindungan ari segala macam halangan dan rintangan hidup. Sedangkan memuja Ganesha sebagai “Winayaka” berarti mengharapkan tuntunan hidup berupa kebijaksanaan dari Tuhan. Kemampuan untuk menghadapi rintangan dan mengembangkan kebijaksanaan adalah awal dari kehidupan yang tenteram dan sejahtera.
Di depan gua gajah ini, terdapat pancuran kuno yang terletak di atas kolam suci. Mulanya patung ini tidak nampak karena tertutup tanah. Namun pada tahun 1954 patung ini ditemukan setelah sebelumnya dilakukan penggalian. Hasilnya, ditemukan enam patung “Widyadhari” atau bidadari yang tiga diantaranya berada di bagian utara dan tiga lainnya di bagian selatan. Patung-patung Widyadhari ini berdiri di atas sebuah pijakan berbentuk “Padma” atau teratai. Bunga teratai dalam agama Hindu merupakan simbol alam semesta. Selain itu, di tengah-tengah kolam ini terdapat sebuah patung “Widyadhara” atau bidadara, sehingga patung ini seperti dikelilingi oleh enam bidadari. Keenam yang memancarkan air ke dalam kolam tesebut dipercaya merupakan perlambangan kesuburan.
Selain pura Goa Gajah, ada juga bangunan suci Hindu yang merupakan peninggalan dari era Hindu Siwa Pasupata. Dipercaya bahwa bangunan suci ini kemudian difungsikan sebagai Pura di era Hindu Siwa Siddhanta. Oleh karena itu, di bagian tenggara dari Goa Gajah, dapat ditemukan beberapa pura seperti Limas Catu dan Limas Mujung yang merupakan pura untuk pesimpangan untuk Dewa Gunung Agung dan Gunung Batur. Terdapat pula Pura Gedong yang diperuntukkan untuk para leluhur dari Raja-raja Bedahulu dan Pura Ratu Taman untuk memuja Dewa Wisnu sebagai Dewa air.
Selain bangunan-bangunan Hindu yang disebutkan di atas, di kompleks bangunan ini juga terdapat peninggalan-peninggalan Budha yang umurnya bahkan lebih tua dari bangunan-bangunan Hindu tersebut. Di bagian luar gua, tepatnya di sebelah barat, terdapat sebuah patung bernuansa Budha bernama Dewi Hariti atau yang di Bali dikenal sebagai Patung “Men Brayut”. Patung dewi ini terlihat unik karena memangku banyak sekali anak kecil. Dalam mitologi Budha, Hariti dulunya adalah seorang kanibal yang suka memangsa daging anak-anak atau bayi. Namun, setelah mendapatkan pencerahan dari sang Budha, sosok yang sebelumnya sangat menakutkan itu kemudian berubah menjadi seorang yang taat beragama dan mencintai anak-anak.Melewati parit di bagian selatan dari Goa Gajah, terdapat juga sebuah patung Budha dengan sikap Dhyani Buddha Amitaba. Dalam sistem pantheon Buddha Mahayana, sikap Budha ini dapat diartikan sebagai Budha yang menjadi penjaga bagian barat dari alam semesta.


Info sewa mobil klik ,, Disini


Untuk informasi mengenai bali, objek wisata bali, sewa mobil dan lainnya bisa kontak di
Email ; gdsuastika.gs@gmail.com // gedekomangtourbali@gmail.com
Whatsaap/line ; +6287762268648
Xl ; +6287762268648
Simpati ; +6282144017865